BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Bahasa
daerah Bali atau bahasa Bali adalah bahasa ibu bagi kebanyakan Masyarakat Bali
di Bali. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36
dinyatakan bahwa bahasa yang dipelihara baik-baik oleh masyarakatnya akan
dipelihara dan dihormati oleh Negara.
Uraian
di atas memberikan angin segar kepada masyarakat Bali yang ingin melestarikan
bahasa Bali. Masyarakat merupakan lembaga pelestarian nilai-nilai tertentu yang
menjadi sumber nilai bagi warganya. Bagi masyarakat Bali, bahasa Bali dan
budaya Bali ibarat saudara kembar siam yang tak mudah dilepaspisahkan. Bahasa
Bali yang juga merupakan bahasa ibu adalah pemberi warna dan wujud jati diri
sejak seseorang dilahirkan. Dalam banyak hal warna kedaerahannya bias dilihat
dari bahasanya. Bahasa daerah bukan hanya wahana untuk menelusuri sejarah
wilayah pakai suatu bahasa tetapi bahasa itu sendiri menjadi juru bahasa semua
masa lalu (Fishman, 1973). Mudah dipahami kalau masyarakat Bali mencintai dan
ingin melestarikan bahasanya karena kekayaan dalam bahasa Bali itu dapat
digunakan untuk menelusuri budaya Bali.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
a. Bagaimanakah
cara memilih materi pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan bahasa Bali?
b. Bagaimanakah
cara memilih teknik belajar agar tujuan pelajaran tercapai?
c. Bagaimanakah
cara mengevaluasi hasil belajar bahasa Bali?
1.3
TUJUAN
a. Untuk
mencapai tujuan pendidikan bahasa Bali
b. Untuk
mengetahui teknik belajar
c. Untuk
mengetahui hasil belajar bahasa Bali
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
MATERI PELAJARAN BAHASA BALI
Materi
pelajaran bahasa Bali harus ditentukan berdasarkan tujuan pelajaran dan
analisis kebutuhan (need analysis). Dalam menentukan materi pelajaran perlu
diperhatikan hal-hal berikut.
a. Materi
pelajaran harus terkait dengan kurikulum. Untuk itu dosen sebagai penentu
materi pelajaran diharapkan:
1. Menjabarkan
tujuan pembelajaran
2. Membuat
daftar kebutuhan pembelajar untuk menggunakan bahasa target;
3. Mengintegrasikan
kebutuhan ini dengan topik, situasi, dan setting yang mungkin dihadapi pembelajaran,dan
4. Mengembangkan
materi untuk melatih pembelajar
melakukan kegiatan yang menuntutnya untuk menggunakan bahasa yang dipelajari.
b. Materi
hendaknya berupa wacana dan tugas (task) yang otentik. Wawancara otentik adalah
wacana yang tidak khusus dikembangkan untuk belajar berbahasa tetapi diambil
dari materi yang sudah ada, misalnya dikutip dari buku cerita, Koran, dan
lain-lainnya. Sedangkan tugas otentik adalah kegiatan yang mungkin dilakukan
seseorang dalam kegiatan berbahasa sehari-hari.
c. Materi
diharapkan dapat mengundang interaksi antara wacana dengan pembelajar, antara
pembelajar satu dengan pembelajar lainnya, antara dosen dengan pembelajar.
d. Materi
ditekankan pada aspek kebermaknaan, namun tetap diperhatikan bahwa pembelajar
memerlukan latihan penggunaan grammar.
e. Materi
diharapkan dapat membuat pembelajar mengembangkan keterampilan belajar dan
keterampilan menentukan cara belajar yang tetap.
f. Materi
sebaiknya dapat membuat pembelajar ingin menerapkan keterampilan berbahasa
dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa perlu
mendapat materi pelajaran yang alamiah. Materi yang alamiah (otentik) yang
ditentukan dalam kehidupan masyrakat Bali sehari-hari jumlahnya amat banyak
dibandingkan dengan alokasi waktu yang tersedia di kampus. Sehubungan dengan
hal tersebut, dalam memilih materi pelajaran perlu diambil materi bahasa dengan
ragam bahasa baku lebih banyak dibandingkan dengan ragam bahasa nonbaku. Hal
ini menyebabkan mahasiswa yang mampu menggunakan ragam bahasa nonbaku dan bukan
sebaliknya.
2.2
METODE PENGAJARAN
Istilah
pendekatan, metode dan teknik pengajaran telah dikenal oleh guru bahasa Bali
meskipun kadang-kadang digunakan dengan pengertian yang kurang jelas. Ketiga
istilah ini kadang-kadang digunakan dengan makna yang sama.
Anthony (dalam
Syafi’ie, 1994:17) menjelaskan bahwa pendekatan adalah asumsi yang saling
berkaitan yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa.
Pendekatan bersifat aksiomatis, artinya kebenaran teori-teori linguistik dan
teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Berdasarkan
pendekatan ini diturunkan metode pengajaran bahasa.
Istilah metode
pengajaran bahasa berarti perencanaan secara menyeluruh untuk merencanakan
materi pelajaran secara sistematis. Metode bersifat procedural sedangkan teknik
pengajaran bersifat operasional. Jadi sebenarnya ada hierarki antara
pendekatan, metode, dan teknik pengajaran.
Metode
pengajaran bahasa yang dikenal antara lain metode tata bahasa, metode langsung,
metode sugestopedia. Sedangkan dalam teknik pengajaran bahasa Bali dikenal
adanya teknik ceramah, teknik Tanya jawab, teknik diskusi dan lain-lain.
Disadari bahwa
tidak ada pendekatan, namun, agar tujuan pengajaran bahasa Bali tercapai, yaitu
agar mahasiswa mampu, berkomunikasi menggunakan bahsa Bali, mahasiswa harus
belajar menggunakan bahasa Bali, mahasiswa harus belajar bahasa Bali melalui
komunikasi, dan berinteraksi menggunakan bahasa Bali secara aktif semaksimal
mungkin. Dalam semua pengajaran, mahasiswa harus diberi kesempatan aktif ambil
bagian sebanyak mungkin (Raka Joni, 1994). Demikian pula dalam pengajaran
bahasa Bali.
Dalam proses
belajar-mengajar dikenal pola interaksi dosen-mahasiswa sebagai berikut.
(Semiawan, dkk 1985:72)
DOSEN
MAHASISWA MAHASISWA MAHASISWA
Di
samping itu, ada pula interaksi dosen-mahasiswa yang sifatnya lebih kompleks.
Pola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. (Lindgren, 1981:417)
DOSEN
MAHASISWA MAHASISWA
MAHASISWA MAHASISWA
Untuk
pengajaran bahasa Bali dapat digunakan pola/model interaksi yang pertama ataupun
akan lebih baik bila dapat diterapkan pola interaksi kedua (yang lebih
kompleks). Penggunaan interaksi satu arah atau pengajaran dengan teknik ceramah
sedapat mungkin dihindari. Jadi, yang harus diterapkan adalah teknik diskusi,
tanya jawab, dan sejenisnya, yaitu teknik mengajar yang mengaktifkan siswa.
2.3 CARA
MENGEVALUASI HASIL BELAJAR BAHASA BALI
Evaluasi
mempunyai peran yang amat penting untuk mengambil keputusan dalam suatu
pendidikan termasuk evaluasi hasil belajar bahasa Bali. Evaluasi ini merupakan
bagian yang integral dalam kegiatan belajar-mengajar dan disusun untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran telah tercapai.
Evaluasi
atau tes yang dapat mengukur kompetensi komunikasi seyogyanya mengintegrasikan
komponen kompetensi gramatik, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana,
dan kompetensi strategi. Tes kompetensi komunikasi tentunya tidak bias lepas
dari konteks karena yang dapat diamati adalah performansi bukan kompetensi.
Sebab itu, yang diukur secara nyata adalah performansi tersebut. Selanjutnya,
hasil tes inilah yang dijadikan dasar untuk membuat inferensi mengenai
kompetensi komunikasi yang dikaji. Untuk tes yang menggunakan pendekatan
komunikatif dan pendekatan integrative dapat digunakan tes klos, tes kemampuan
menyimak, tes kemampuan membaca, wawancara (Nurhadi, 1987 ; oller 1979). Tes
ini dapat dikembangkan dengan memfokuskan pada tes tunggal dan tes campuran
(Harsono Tjokrosuyoso, 1991).
Yang
dimaksud dengan tes tunggal adalah tes menyimak, tes wicara, tes membaca atau
tes menulis, sebagai contoh misalnya tes menyimak. Untuk pelaksanaan tes ini
dosen harus memilih materi yang otentik dan sesuai dengan minat mahasiswa.
Misalnya dosen membacakan/memutarkan rekaman singkat pembicaraan dalam bahasa
Bali. Setelah menyimak materi tersebut, tes atau tugas diberikan kepada
mahasiswa. Tes itu harus mencerminkan masalah yang ditentukan dalam kehidupan
sehari-hari secara nyata seperti membuat singkatan atau menceritakan kembali
rekaman yang didengarnya.
Tes
campuran adalah dua macam tes keterampilan yang diteskan secara serentak.
Contoh tes campuran, misalnya tes menyimak dan tes berbicara diteskan secara
serentak (tes interaksi lisan). Tes ini dapat dilaksanakan dengan teknik
wawancara. Dalam penilaian yang diutamakan adalah kelancaran berkomunikasi.
Selanjutnya, penggunaan tes dipilah atau tes diskrit dibatasi karena tes ini
tidak sesuai dengan penggunaan bahasa senyatanya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bahasa
Bali adalah bahasa ibu bagi kebanyakan masyarakat Bali. Masyarakat Bali ingin
melestarikan bahasa Bali karena dengan pelestarian bahasa Bali diharapkan
budaya Bali tetap terpelihara dengan subur. Salah satu cara untuk
melestarikannya adalah dengan mengajarkan/belajar bahasa Bali.
Ada
beberapa factor yang berperan dan sangat menentukan keberhasilan pengajaran
bahasa Bali. Factor-faktor tersebut antara lain materi pelajaran, metode
mengajar, dan cara mengevaluasi hasil belajar bahasa Bali.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. 1993a. Kurikulum Pendidikan Dasar. Landasan Program dan Pengembangan.
Jakarta.
Depdikbud. 1993b. Kurikulum Pendidikan Dasar. GBPP SD Mata Pelajaran Bahasa Bali.
Denpasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar