Senin, 25 November 2013

MASALAH UMUM PENDIDIKAN BAHASA BALI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG

Bahasa daerah Bali atau bahasa Bali adalah bahasa ibu bagi kebanyakan Masyarakat Bali di Bali. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa yang dipelihara baik-baik oleh masyarakatnya akan dipelihara dan dihormati oleh Negara.
Uraian di atas memberikan angin segar kepada masyarakat Bali yang ingin melestarikan bahasa Bali. Masyarakat merupakan lembaga pelestarian nilai-nilai tertentu yang menjadi sumber nilai bagi warganya. Bagi masyarakat Bali, bahasa Bali dan budaya Bali ibarat saudara kembar siam yang tak mudah dilepaspisahkan. Bahasa Bali yang juga merupakan bahasa ibu adalah pemberi warna dan wujud jati diri sejak seseorang dilahirkan. Dalam banyak hal warna kedaerahannya bias dilihat dari bahasanya. Bahasa daerah bukan hanya wahana untuk menelusuri sejarah wilayah pakai suatu bahasa tetapi bahasa itu sendiri menjadi juru bahasa semua masa lalu (Fishman, 1973). Mudah dipahami kalau masyarakat Bali mencintai dan ingin melestarikan bahasanya karena kekayaan dalam bahasa Bali itu dapat digunakan untuk menelusuri budaya Bali.

1.2              RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaimanakah cara memilih materi pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan bahasa Bali?
b.      Bagaimanakah cara memilih teknik belajar agar tujuan pelajaran tercapai?
c.       Bagaimanakah cara mengevaluasi hasil belajar bahasa Bali?

1.3              TUJUAN
a.       Untuk mencapai tujuan pendidikan bahasa Bali
b.      Untuk mengetahui teknik belajar
c.       Untuk mengetahui hasil belajar bahasa Bali

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MATERI PELAJARAN BAHASA BALI
            Materi pelajaran bahasa Bali harus ditentukan berdasarkan tujuan pelajaran dan analisis kebutuhan (need analysis). Dalam menentukan materi pelajaran perlu diperhatikan hal-hal berikut.
a.       Materi pelajaran harus terkait dengan kurikulum. Untuk itu dosen sebagai penentu materi pelajaran diharapkan:
1.      Menjabarkan tujuan pembelajaran
2.      Membuat daftar kebutuhan pembelajar untuk menggunakan bahasa target;
3.      Mengintegrasikan kebutuhan ini dengan topik, situasi, dan setting yang mungkin dihadapi pembelajaran,dan
4.      Mengembangkan materi untuk  melatih pembelajar melakukan kegiatan yang menuntutnya untuk menggunakan bahasa yang dipelajari.
b.      Materi hendaknya berupa wacana dan tugas (task) yang otentik. Wawancara otentik adalah wacana yang tidak khusus dikembangkan untuk belajar berbahasa tetapi diambil dari materi yang sudah ada, misalnya dikutip dari buku cerita, Koran, dan lain-lainnya. Sedangkan tugas otentik adalah kegiatan yang mungkin dilakukan seseorang dalam kegiatan berbahasa sehari-hari.
c.       Materi diharapkan dapat mengundang interaksi antara wacana dengan pembelajar, antara pembelajar satu dengan pembelajar lainnya, antara dosen dengan pembelajar.
d.      Materi ditekankan pada aspek kebermaknaan, namun tetap diperhatikan bahwa pembelajar memerlukan latihan penggunaan grammar.
e.       Materi diharapkan dapat membuat pembelajar mengembangkan keterampilan belajar dan keterampilan menentukan cara belajar yang tetap.
f.       Materi sebaiknya dapat membuat pembelajar ingin menerapkan keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa perlu mendapat materi pelajaran yang alamiah. Materi yang alamiah (otentik) yang ditentukan dalam kehidupan masyrakat Bali sehari-hari jumlahnya amat banyak dibandingkan dengan alokasi waktu yang tersedia di kampus. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam memilih materi pelajaran perlu diambil materi bahasa dengan ragam bahasa baku lebih banyak dibandingkan dengan ragam bahasa nonbaku. Hal ini menyebabkan mahasiswa yang mampu menggunakan ragam bahasa nonbaku dan bukan sebaliknya.

2.2 METODE PENGAJARAN
            Istilah pendekatan, metode dan teknik pengajaran telah dikenal oleh guru bahasa Bali meskipun kadang-kadang digunakan dengan pengertian yang kurang jelas. Ketiga istilah ini kadang-kadang digunakan dengan makna yang sama.
Anthony (dalam Syafi’ie, 1994:17) menjelaskan bahwa pendekatan adalah asumsi yang saling berkaitan yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatis, artinya kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Berdasarkan pendekatan ini diturunkan metode pengajaran bahasa.
Istilah metode pengajaran bahasa berarti perencanaan secara menyeluruh untuk merencanakan materi pelajaran secara sistematis. Metode bersifat procedural sedangkan teknik pengajaran bersifat operasional. Jadi sebenarnya ada hierarki antara pendekatan, metode, dan teknik pengajaran.
Metode pengajaran bahasa yang dikenal antara lain metode tata bahasa, metode langsung, metode sugestopedia. Sedangkan dalam teknik pengajaran bahasa Bali dikenal adanya teknik ceramah, teknik Tanya jawab, teknik diskusi dan lain-lain.
Disadari bahwa tidak ada pendekatan, namun, agar tujuan pengajaran bahasa Bali tercapai, yaitu agar mahasiswa mampu, berkomunikasi menggunakan bahsa Bali, mahasiswa harus belajar menggunakan bahasa Bali, mahasiswa harus belajar bahasa Bali melalui komunikasi, dan berinteraksi menggunakan bahasa Bali secara aktif semaksimal mungkin. Dalam semua pengajaran, mahasiswa harus diberi kesempatan aktif ambil bagian sebanyak mungkin (Raka Joni, 1994). Demikian pula dalam pengajaran bahasa Bali.
Dalam proses belajar-mengajar dikenal pola interaksi dosen-mahasiswa sebagai berikut. (Semiawan, dkk 1985:72)



DOSEN


MAHASISWA                    MAHASISWA                        MAHASISWA

            Di samping itu, ada pula interaksi dosen-mahasiswa yang sifatnya lebih kompleks. Pola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. (Lindgren, 1981:417)

DOSEN

MAHASISWA                                                                       MAHASISWA

MAHASISWA                                                                       MAHASISWA

            Untuk pengajaran bahasa Bali dapat digunakan pola/model interaksi yang pertama ataupun akan lebih baik bila dapat diterapkan pola interaksi kedua (yang lebih kompleks). Penggunaan interaksi satu arah atau pengajaran dengan teknik ceramah sedapat mungkin dihindari. Jadi, yang harus diterapkan adalah teknik diskusi, tanya jawab, dan sejenisnya, yaitu teknik mengajar yang mengaktifkan siswa.

2.3 CARA MENGEVALUASI HASIL BELAJAR BAHASA BALI
            Evaluasi mempunyai peran yang amat penting untuk mengambil keputusan dalam suatu pendidikan termasuk evaluasi hasil belajar bahasa Bali. Evaluasi ini merupakan bagian yang integral dalam kegiatan belajar-mengajar dan disusun untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pengajaran telah tercapai.
            Evaluasi atau tes yang dapat mengukur kompetensi komunikasi seyogyanya mengintegrasikan komponen kompetensi gramatik, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana, dan kompetensi strategi. Tes kompetensi komunikasi tentunya tidak bias lepas dari konteks karena yang dapat diamati adalah performansi bukan kompetensi. Sebab itu, yang diukur secara nyata adalah performansi tersebut. Selanjutnya, hasil tes inilah yang dijadikan dasar untuk membuat inferensi mengenai kompetensi komunikasi yang dikaji. Untuk tes yang menggunakan pendekatan komunikatif dan pendekatan integrative dapat digunakan tes klos, tes kemampuan menyimak, tes kemampuan membaca, wawancara (Nurhadi, 1987 ; oller 1979). Tes ini dapat dikembangkan dengan memfokuskan pada tes tunggal dan tes campuran (Harsono Tjokrosuyoso, 1991).
            Yang dimaksud dengan tes tunggal adalah tes menyimak, tes wicara, tes membaca atau tes menulis, sebagai contoh misalnya tes menyimak. Untuk pelaksanaan tes ini dosen harus memilih materi yang otentik dan sesuai dengan minat mahasiswa. Misalnya dosen membacakan/memutarkan rekaman singkat pembicaraan dalam bahasa Bali. Setelah menyimak materi tersebut, tes atau tugas diberikan kepada mahasiswa. Tes itu harus mencerminkan masalah yang ditentukan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata seperti membuat singkatan atau menceritakan kembali rekaman yang didengarnya.
            Tes campuran adalah dua macam tes keterampilan yang diteskan secara serentak. Contoh tes campuran, misalnya tes menyimak dan tes berbicara diteskan secara serentak (tes interaksi lisan). Tes ini dapat dilaksanakan dengan teknik wawancara. Dalam penilaian yang diutamakan adalah kelancaran berkomunikasi. Selanjutnya, penggunaan tes dipilah atau tes diskrit dibatasi karena tes ini tidak sesuai dengan penggunaan bahasa senyatanya.















BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
            Bahasa Bali adalah bahasa ibu bagi kebanyakan masyarakat Bali. Masyarakat Bali ingin melestarikan bahasa Bali karena dengan pelestarian bahasa Bali diharapkan budaya Bali tetap terpelihara dengan subur. Salah satu cara untuk melestarikannya adalah dengan mengajarkan/belajar bahasa Bali.
            Ada beberapa factor yang berperan dan sangat menentukan keberhasilan pengajaran bahasa Bali. Factor-faktor tersebut antara lain materi pelajaran, metode mengajar, dan cara mengevaluasi hasil belajar bahasa Bali.




















DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1993a. Kurikulum Pendidikan Dasar. Landasan Program dan Pengembangan.
            Jakarta.
Depdikbud. 1993b. Kurikulum Pendidikan Dasar. GBPP SD Mata Pelajaran Bahasa Bali.
            Denpasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar